Headline
inilah.com
Oleh: Ahmad Munjin
Pasar Modal - Selasa, 4 Januari 2011 | 18:46 WIB
INILAH.COM, Jakarta – Nilai tukar rupiah menguat tipis mengikuti indeks saham domestik. Rilis indeks manufaktur dan pernyataan HSBC Inggris ikut menentukan laju pasar finansial.
Indeks Manufaktur Inggris Lecut Pasar
Headline
inilah.com
Oleh: Ahmad Munjin
Pasar Modal - Selasa, 4 Januari 2011 | 18:46 WIB
INILAH.COM, Jakarta – Nilai tukar rupiah menguat tipis mengikuti indeks saham domestik. Rilis indeks manufaktur dan pernyataan HSBC Inggris ikut menentukan laju pasar finansial.
Ariston Tjendra, periset dan analis PT Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan rupiah hari ini dipicu membanjirkan kembali likuiditas di pasar setelah liburan tahun baru 2011. Selain itu, dari eksternal rupiah mendapat dukungan dari positifnya data indeks manufaktur Inggris yang angkanya dirilis di atas ekspektasi 57.
Indeks manufaktur negara persemakmuran itu dirilis di level 58,3 dari sebelumnya 58. Karena itu, poundsterling menguat dan menjadi tekanan bagi dolar AS sehingga menguntungkan bagi rupiah.
"Karena itu, sepanjang perdagangan rupiah sempat menguat ke level 8.970, lalu kembali melemah ke level 8.982. Namun dibandingkan kemarin jelas rupiah masih lebih kuat,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (4/1).
Selain itu, HSBC Inggris menyatakan kebutuhan untuk menarik poundsterling lebih banyak lagi dari market. "Ini juga cukup membantu penguatan rupiah," imbuhnya. Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (4/1) ditutup menguat tipis 1 poin (0,01%) jadi 8.982/8.990 per dolar AS dari posisi kemarin 8.983/8.993.
Penguatan rupiah hari ini memang terbatas. Menurut Ariston, rupiah sebenarnya mengalami koreksi teknikal. Pada 30 Desember lalu, rupiah melemah dengan cepat ke level 9.005.
Tapi, pada perdagangan kemarin, rupiah menguat terlalu kencang sehingga terjadi gap dengan volume transaksi yang masih tipis. Ariston menegaskan, pada saat likuiditas kembali banjir, pasar mengoreksi pergerakan rupiah kemarin. Alhasil, penguatan hari ini menjadi tipis.
Sementara itu, dolar AS ditransaksikan variatif (mixed) sepanjang perdagangan dan melemah terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap mata uang gabungan negara-negara Eropa (euro) menjelang sore. “Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan melemah ke level US$1,3386 dari sebelumnya US$1,3351 per euro," imbuh Ariston.
Sedangkan Gina Novrina Nasution, pengamat pasar modal dari Reliance Securities mengatakan, penguatan indeks saham hari ini masih ditopang faktor January effect dua pekan ini bertepatan dengan kenaikan berbagai harga komoditas.
Investor masih mengincar saham-saham sektor komoditas baik energi maupun crude palm oil (CPO). Hal itu seiring kenaikan harga energi dan sumber daya mineral. Di antaranya, harga minyak mentah dunia stabil di atas US$91 per barel .
Begitu juga dengan harga batu bara yang melesat ke level US$128,50 per metrik ton berdasarkan harga mingguan di Newcastle. Harga nikel di posisi US$24.750. Timah di angka US$26.900 dan harga CPO di level penguatan RM3.828 per ton.
Apalagi, lanjutnya, sepekan terakhir Desember 2010 tidak terjadi window dressing yang memicu perdagangan sepi. “Technical rebound sangat wajar terjadi di pekan pertama 2011 ini,” tandasnya. [mdr]
Merry Christmas
Selasa, 04 Januari 2011
Indeks Manufaktur Inggris Lecut Pasar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar