TRIBUNNEWS.COM/BIAN HARNANSA
Des Alwi (83), pelaku dan perekam sejarah, meninggal dunia Jumat subuh di rumahnya Jl Taman Biduri Blok N1/7, Permata Hijau, Jakarta. Jum'at (12/11/2010) Almarhum Des Alwi 3 anak, 6 cucu, sebelumnya selama dua minggu dirawat di RS Cinere karena keluhan sesak nafas dan nyeri dada.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perekam sejarah (alm) Des Alwi Abu Abubakar (83), ternyata masih menyisakan satu film berisi detik-detik Presiden Soekarno sebelum wafat yang belum diserahkan kepada Arsip Nasional. Film tersebut kini masih tersimpan baik di kantornya, PT Avisarti Film Corporation, Jakarta Pusat.
"Film-film rekaman Des Alwi sudah diserahkan ke Arsip Nasional kecuali satu koleksi film waktu meninggalnya Pak Karno," ujar anak bungsu Des Alwi, Ramon Alwi, ketika ditemui di rumahnya, Jalan Taman Biduri Blok N1/7, Permata Hijau, Jakarta Barat, Jumat (12/11/2010).
Namun, Ramon belum dapat memikirkan koleksi film tersebut apakah akan diserahkan ke Arsip Nasional atau disimpan keluarga. "Belum bisa dipikirkan, kita masih fokus kepada pemakaman," imbuhnya.
Sementara Politisi asal Partai Gerindra, Fadly Zon mengutarkan bahwa dirinya baru bertemu sebulan yang lalu saat pelantikan ketua Iluni (Ikatan Alumni Ilmu Budaya UI). "Kita sering mengerjakan kerjasama tentang budaya dan seminar," imbuhnya.
Fadly Zon merasa sangat kehilangan Dea Alwi, karena berjasa dalam mendokumentasikan sejarah Indonesia. "Dia (Des Alwi) menjadi guide Hatta dan Sjahrir ketika di pengasingan dan menyelamatkan harta mereka," ujarnya.
Des Alwi kelahiran Banda Naira, Maluku Tengah, 17 November 1927. Dirinya menerima Bintang Mahaputra Pertama dari Pemerintah Indonesia tahun 1990. Almarhum Dea Alwi meninggalkan tiga anak serta enam cucu. Sedangkan istri Des Alwi, Anne Marie Mambu, serta anak pertama, Karma Alwi telah meninggal dunia.
Pejabat yang hadir antara lain Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad, Sarwono Kusumaatmaja, Bara Hasibuan, Wanda Hamidah, Prabowo Subianto, Djoko Suyanto, Fadly Zon.
Rencananya almarhum akan dimakamkan di tempat kelahirannya di Banda Naira, Maluku Tengah.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perekam sejarah (alm) Des Alwi Abu Abubakar (83), ternyata masih menyisakan satu film berisi detik-detik Presiden Soekarno sebelum wafat yang belum diserahkan kepada Arsip Nasional. Film tersebut kini masih tersimpan baik di kantornya, PT Avisarti Film Corporation, Jakarta Pusat.
"Film-film rekaman Des Alwi sudah diserahkan ke Arsip Nasional kecuali satu koleksi film waktu meninggalnya Pak Karno," ujar anak bungsu Des Alwi, Ramon Alwi, ketika ditemui di rumahnya, Jalan Taman Biduri Blok N1/7, Permata Hijau, Jakarta Barat, Jumat (12/11/2010).
Namun, Ramon belum dapat memikirkan koleksi film tersebut apakah akan diserahkan ke Arsip Nasional atau disimpan keluarga. "Belum bisa dipikirkan, kita masih fokus kepada pemakaman," imbuhnya.
Sementara Politisi asal Partai Gerindra, Fadly Zon mengutarkan bahwa dirinya baru bertemu sebulan yang lalu saat pelantikan ketua Iluni (Ikatan Alumni Ilmu Budaya UI). "Kita sering mengerjakan kerjasama tentang budaya dan seminar," imbuhnya.
Fadly Zon merasa sangat kehilangan Dea Alwi, karena berjasa dalam mendokumentasikan sejarah Indonesia. "Dia (Des Alwi) menjadi guide Hatta dan Sjahrir ketika di pengasingan dan menyelamatkan harta mereka," ujarnya.
Des Alwi kelahiran Banda Naira, Maluku Tengah, 17 November 1927. Dirinya menerima Bintang Mahaputra Pertama dari Pemerintah Indonesia tahun 1990. Almarhum Dea Alwi meninggalkan tiga anak serta enam cucu. Sedangkan istri Des Alwi, Anne Marie Mambu, serta anak pertama, Karma Alwi telah meninggal dunia.
Pejabat yang hadir antara lain Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad, Sarwono Kusumaatmaja, Bara Hasibuan, Wanda Hamidah, Prabowo Subianto, Djoko Suyanto, Fadly Zon.
Rencananya almarhum akan dimakamkan di tempat kelahirannya di Banda Naira, Maluku Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar